Sabtu, 18 Desember 2010

Suraqah bin Malik

Suraqah bin Malik

Saat akan melabrak Rasulullah, tiba-tiba kaki kudanya tak bisa bergerak. Dia sendiri terlempar dari punggung kudanya.
Ketika mendengar berita bahwa petinggi Quraisy menyediakan hadiah seratus ekor unta betina muda yang hampir beranak bagi yang bisa menangkap Muhammad bin Abdullah hidup atau mati, Suraqah bin Malik, dari Desa Madlaji, tergiur. Betapa tidak, untuk bisa memiliki unta sebanyak itu dalam waktu singkat, uh, mimpilah adanya. Kini, orang bisa mendapatkannya hanya dengan menyerahkan Muhammad. “Apa susahnya?” pikir Suraqah.
Apalagi, baru saja ada orang yang mengaku melihat Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dan seorang pemandu di tengah jalan. “Tidak mungkin,” bantah Suraqah. “Mungkin itu orang yang sedang mencari ternaknya.”
Saat itu, pencarian terhadap Nabi Muhammad memang sedang digalakkan oleh Abu Jahal dan para petinggi Quraisy. Bahkan serombongan pemburu telah sampai di pintu Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi bersama Abu Bakar. Tapi karena di pintu gua terbentang sarang laba-laba, mereka menjadi ragu. “Tidak mungkin tempat ini telah dilalui manusia,” pikir mereka.
Di dalam gua, Abu Bakar telah ciut nyalinya. Para pencari itu berada di gua tepat di atas kepala Abu Bakar, dan ia merasakan pijakan kaki mereka mondar-mandir mencari sasarannya. Air mata Abu Bakar meleleh di pipi menahan ketakutan.
“Mengapa engaku menangis, Abu Bakar?” tanya Nabi berbisik di telinga sahabatnya itu.
“Demi Allah, aku menangis bukan mengkhawatirkan kondisi keselamatanku, melainkan cemas bila terjadi sesuatu menimpa diri Tuan, ya Rasulullah,” jawab Abu Bakar.
“Jangan takut,” jawab Rasulullah membesarkan hati sahabatnya itu.. “Sesungguhnya Allah beserta kita.”
“Seandainya mereka melihat ke tempatnya berpijak, pasti akan melihat kita,” kata Abu Bakar, masih dengan nada khawatir.
“Apakah engkau masih ragu, Abu Bakar?” tanya Rasulullah. “Kalau kita ini berdua, Allah-lah yang ketiga.”
Ya, saat itu Nabi Muhammad sudah dalam kondisi terpepet. Semua akses jalan keluar Makkah telah diblokir kaum Quraisy, sehingga Gua Tsur itulah satu-satunya tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Abu Jahal, yang berada dalam rombongan itu, menyatakan keyakinannya bahwa Nabi Muhammad tidak berada jauh dari tempat itu. “Muhammad pasti mendengar ucapan kita dan melihat apa yang kita lakukan. Tapi sihir Muhammad menutup penglihatan kita,” katanya.
Akhirnya para pembesar Quraisy putus asa dan menghentikan pencariannya terhadap Rasulullah dan Abu Bakar. Lalu mereka menyebar sayembara untuk menangkap Nabi Muhammad.
Walaupun membantah informasi yang dikatakan salah seorang yang melihat Nabi Muhammad, Suraqah menggunakan ucapan orang tadi sebagai sumber info. Demi mendapat seratus ekor unta, dipacunya kudanya sekuat tenaga menuju ke sasaran yaitu lembah yang ditunjuk orang itu.
Dan terbukti, di sana ia melihat buruannya, Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Namun ketika berusaha mendekati Nabi, tiba-tiba kudanya tersandung sehingga Suraqah terpelanting dari pelana. “Kuda sialan!” bentak Suraqah.
Tanpa mempedulikan rasa sakit, ia kembali ke punggung kuda dan memacunya. Namun untuk kedua kalinya kuda itu tersandung dan lagi-lagi Suraqah terpelanting.
Hatinya kesal dan merasa dirinya sial. Karena itu ia mengurungkan niatnya dan berencana akan pulang ke rumah. Tapi karena tamak, ingin mendapatkan seratus ekor unta betina itu, diteruskannya perburuan tersebut.
Belum begitu jauh Suraqah memacu kudanya, dilihatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar tengah melaju meninggalkan Makkah. Secara refleks tangannya mencoba meraih busur panah di punggungnya. Namun, apa daya….tangan itu tiba-tiba kaku, tak bisa digerakkan. Dan kaki kudanya terbenam ke dalam pasir serta menyebarkan debu yang menyebabkan matanya kelilipan. Ketika berusaha menyentakkan kakinya, sang kuda tidak bisa bergerak satu inci pun, dan kakinya itu malah semakin terbenam ke bumi.
Dia lalu berpaling kepada Rasulullah dan berteriak dengan memelas, “Hai kalian berdua, berdoalah kepada Tuhanmu, supaya kaki kudaku lepas. Aku berjanji tak akan menggangu kalian berdua.”
Rasulullah menengadahkan kedua tangannya dan berdoa, maka bebaslah kaki kuda Suraqah. Tapi, karena tamaknya, setelah bebas, dia lupa akan janjinya dan berusaha melabrak Rasulullah dengan kudanya. Namun, niat itu tidak terlaksana, karena kaki kuda itu kembali terbenam ke bumi, bahkan lebih dalam lagi.
Suraqah memohon belas kasihan kepada Rasulullah.”Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji atas nama Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian,” katanya.
“Aku tidak butuh hartamu,” jawab Rasulullah. “Cukup kalau kamu suruh kembali orang-orang yang berusah membuntuti aku.” Kemudian Rasulullah berdoa, dan bebaslah kaki kuda Suraqah.
“Demi Allah, aku tidak akan mengganggumu lagi,” kata Suraqah setelah kaki kudanya lepas. Setalah itu ia bahkan menyatakan keyakinannya, “Agama yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan jaya. Aku mohon apabila kelak aku datang kepada Tuan, Tuan akan bermurah hati kepadaku. Tuliskanlah hal itu untukku.”
Rasulullah meminta Abu Bakar menulis pada sekerat tulang dan menyerahkannya kepada Suraqah sambil berkata, “Bagaimana jika pada suatu saat kamu memakai gelang kebesaran raja Persia?”
“Gelang kebesaran raja Persia?” tanya Suraqah terkejut.
“Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!” jawab Rasulullah meyakinkan.
Setelah itu Suraqah kembali ke Makkah dengan hati lega. Kepada orang-orang Quraisy yang ditemuinya sepanjang jalan, ia meyakinkan bahwa usaha pencarian mereka terhadap Nabi Muhammad akan sia-sia. “Telah kuperiksa seluruh tempat dan jalan yang mungkin dilaluinya, namun aku tidak menemukan Muhammad,” katanya. “Bukankah kalian tidak sepandai aku dalam hal melacak jejak?”
Beberapa saat kemudian, ketika ia merasa Rasulullah telah selamat sampai di Madinah dan aman dari jangkauan orang-orang Quraisy, barulah ia mengatakan yang sebenarnya.
Begitu Abu Jahal mendengar pengakuan itu, dia mencela Suraqah dan menghinanya sebagai pengecut yang tak tahu malu, dan bodoh, karena menyia-nyiakan kesempatan emas.
Namun Suraqah tak mau dihina seperti itu. “Demi Alah, kalau engkau melihat dan mengalami peristiwa yang aku alami ketika kaki kudaku amblas ke dalam pasir, engkau pasti yakin dan tak ‘kan ragu sedikit pun bahwa Muhammad itu jelas Rasulullah! Siapa yang sanggup menantangnya, silahkan!”
Waktu terus berlalu. Nabi Muhammad yang tadinya hijrah meninggalkan Makkah dengan sembunyi-sembunyi di malam gelap, kembali sebagai panglima, memimpin puluhan ribu prajurit yang berbaris rapi menyandang busur. Para pembesar Quraisy yang selama itu angkuh, sombong, dan sok kuasa, semua datang kepadanya dengan kepala tunduk, ketakutan, dan cemas. Mereka memelas minta dikasihani. “Hukuman apakah yang akan Tuan berikan kepada kami?”
Dengan nada lembut, Nabi menjawab, “Pulanglah, Tuan-tuan bebas!”
Suraqah juga ingin menggunakan kesempatan itu untuk menghadap Rasulullah, hendak menyatakan imannya dan tak lupa membawa tulang yang bertulis janji Rasul kepadanya sepuluh tahun lalu. “Saya menghadap beliau ketika berada di perkemahan pasukan berkuda orang-orang Anshar. Mereka menghalangiku dan memukulku dengan tombak,” kenangnya.
“Berhenti, berhenti… Mau ke mana kamu?” mereka mencegah.
“Tetapi saya tidak peduli, dan terus menyeruak, hingga berdiri di depan beliau, yang sedang duduk di atas pelana unta. Lalu kuangkat tulang bertulis janji beliau. ‘Ya Rasulullah, saya suraqah bin Malik’.”
“Mendekatlah kepadaku,” jawab Rasul. “Hari ini adalah hari menepati janji dan hari perdamaian!”
“Setelah berhadapan dengan beliau, saya menyatakan iman dan Islam kepadanya.”
Peristiwa itu hanya berjarak sembilan bulan dari wafatnya Baginda Rasul. Betapa sedihnya Suraqah. Wafatnya Rasulullah itu mengingatkan dirinya pada masa lalunya yang kelam. Tanpa sadar ia mengatakan ucapan Rasulullah kepadanya – “Bagaimana jika kamu memakai gelang kebesaran Kisra?” – yang ia yakini pasti akan terjadi.
Suraqah diberi umur panjang dan menyaksikan kemenangan pasukan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khathtab.
Pada suatu hari menjelang akhir pemerintahan Khalifah Umar, Panglima Sa’ad bin Abi Waqqash tiba di Madinah. Mereka melaporkan kemenangan yang dicapai tentara muslimin dan menyerahkan kepada khalifah harta rampasan yang diperoleh dalam perang di jalan Allah, sabilillah.
Ternyata harta rampasan itu berupa barang-barang emas, seperti mahkota yang bertatahkan intan dan mutiara, pakaian kebesaran kerajaan yang bersulam benang emas bertabur intan permata, gelang, kalung, anting, dan segala macam perhiasan raja dan pangeran yang sangat mahal, sehingga Khalifah Umar tampak kebingungan. “Alangkah jujurnya orang-orang yang menyerahkan semua ini,” ujar Khalifah sambil membolak-balik harta itu dengan tongkatnya.
Ali bin Abi Thalib, yang mendengar ucapan itu, menimpali, “Itu semua karena Anda bersih, sehingga jamaah Anda juga bersih. Tapi bila Anda curang, mereka akan turut curang.”
Dan entah kenapa, Khalifah kemudian memanggil Suraqah bin Malik. Kepadanya, Khalifah memakaikan busana kebesaran Kisra itu lengkap dari mulai celana, sepatu, pedang, gelang, pakaian kebesaran, dan mahkota, dan Khalifah sendiri kemudian memujinya. Alangkah hebatnya anak Desa Madlaji ini.”
Dengan demikian, terbuktilah ucapan Baginda Nabi kepada Suraqah sepuluh tahun sebelumnya – “Bagaimana jika suatu waktu kamu memakai gelang kebesaran Kisra?”
Khalifah kemudian menengadahkan tangan sambil berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pemberian-Mu ini, agar semua ini tidak mencelakakan aku dan umat ini.” Setelah itu semua harta rampasan itu dibagikan kepada kaum muslimin.


Rabu, 08 Desember 2010

cerita aku pertama


DOKTER MITA

Suatu hari, Mita, Rara dan teman-teman lainnya belajar di kelas VB, ketika ibu Tina menjelaskan pelajaran IPA, Mita bertanya, “bu, emangnya kalau daun itu tempat memasak ya..” katanya sambil lihat buku IPA, lalu ibu Tina menjawab, “iya Mita, daun tempat memasak makanan tumbuhan” katanya sambil melihat Mita, lalu Sita bertanya lagi “bu, kok daun warnanya hijau sih bu?” katanya sambil melihat mata ibu Tina, lalu ibu Tina menjawab  “oo.., iya Sita, daun hijau kerena daun itu memiliki klorofil” kata bu Tina sambil mengangguk ngangguk, lalu teman-teman semua berkata, “oo.. gitu ya..”. ketika ibu Tina masih menerangkan, tiba-tiba bel berbunyi Kringggggg…, lalu ibu Tina selesai menerangkan pelajaran IPAnya, ibu Tina selesai dengan mengucapkan “Alhamdulillah” kata ibu Tina, lalu bu Tina mengajar kelas VA di sebelah ruangan kelas VB, ketika itu , kelas VB mengganti pelajaran menjadi pelajaran TIK, lalu teman-teman kelas VB berjalan ke LAB komputernya dengan cara berbaris. Ketika sesudah selesai pelajaran TIK, bel berbunyi lagi, dan teman-teman kelas I, II, III, IV, V,  dan VI  membaca do’a pulang ke rumah, do’a naik kendaraan dan do’a lain-lainnya.

          Ketika Mita sampai di rumah, Mita mendapat telephone dari temannya yg bernama Rara, kalau Mita diajak ke museum bersama teman-temannya, ketika Mita tau berita tersebut, Mita minta izin kpd orangtuanya “mamah, Mita tadi di ajak ke museum sama temen Mita tanggal 5 Okt nanti mah, Mita boleh ikut ngak?..” kata Mita dengan sangat memohon, lalu ibunya Mita berkata, “tentu saja boleh Mita, tapi nanti di sana jangan misah sama temen atau sama guru ya..” kata mamah Mita sambil mengelus kepala Mita, lalu Mita sangat senang dan berteriak “HOREEEEE..” katanya sambil melompat, lalu Mita menelphone temennya yang bernama Rara kalau dia boleh ikut ke museum listrik.

          Lalu, hari mulai gelap, dan waktu azan Isya mulai terdengar, ketika itu Mita siap-siap sholat Isya, sesudah sholat, Mita menonton TV di kamarnya, lalu guru les Mita datang, lalu berkata “ayo Mita, belajar dulu..” katanya sambil berjalan kearah Mita, lalu Mita menjawab “ iya-iya” lalu Mita ke meja belajarnya. sesudah belajar, Mita ngantuk, dan tidur di kasurnya itu.

          Keesokan harinya, yaitu hari Sabtu, sekolahan Mita libur, dan Mita bermain dan menonton TV, Teman Mita yaitu Vina menelphone, dan berkata “halo Assalamualaikum bisa bicara dengan Mita?” lalu Mita menjawab “Waalaikumsalam, ya saya Mita ini siapa ya?”  lalu Vina menjawab lagi, “oo.., ini Vina, eh Mit, hari Minggu aku ke rumah kamu ya., boleh ngak?” lalu Mita menjawab “emm…, nanti deh aku bilang dulu ke orangtua ku, nanti aku telephone balik ya.., Assalamualaikum” dan pengucapan terakhir Vina “Waalaikum salam” lalu keduanya menutup telephonenya masing-masing, Tiba-tiba adik Mita terpeleset ketika ingin ke kamarnya, umur adik Mita baru 3 tahun, dan namanya Vara, Vara menangis sangat kencang, lalu Mita berlari kearah Vara, Mita bertanya “apa yang sakit Var?” katanya sambil duduk di sebelah Vara/ adiknya, dan Vara pun menjawab “ini.., dengkul Vala sakit” katanya sambl mengelus dengkulnya dan menangis, karena Vara tidak bisa mengomong R maka dia bilang dirinya sendiri Vala dan bukannya Vara, lalu Mita ikut mengelus dengkul adiknya yaitu Vara, dan tak lama kemudian Vara berhenti menangis, ketika itu dia tidur di kamarnya, Vara setiap hari tidur bersama mamah dan papahnya. Ketika masalah sudah selesai, Mita menonton TV lagi, dan ketika ia sedang mengganti Chanelnya, ia melihat film dokter, lalu Mita melihatnya sampai film itu selesai, tiba-tiba, mamah Mita pulang, dan Vara masih tertidur, ketika itu mamah Mita masuk ke rumah, dan berkta “Assalamualaikum” dan Mita pun menjawab “waalaikumsalam” dan Mita berkata lagi, “mah, besok temen Mita dateng, mau maen sama Mita, boleh ngak mah?” kata Mita sambil berjalan mengikuti mamahnya, dan mamah Mita pun berkata “iya-iya, boleh aja, asal, kamu tetap jagain Vara ya..” kata mamahnya, Mita sambil tersenyum, dan Mita pun berteriak “Horeee” kata Mita sambil melompat dan tersenyum, lalu, Mita menelphone temannya yang bernama Vina tadi, dan ketika itu Vina pun mengangkat telephonenya “iya halo Assalamualaikum” dan Mita menjawab “Waalaikumsalam, bisa bicara dengan Vina?”dan lagi-lagi Via menjawab “oo.. iya saya sendiri, ini siapa ya, dan ada urusan apa?” dan Mita pun menjawabnya lagi “ini Mita, Alhamdulillah kamu boleh main ke rumah ku besok” dan makin banyak lagi kata dari Vina “ oya, nanti aku ke sananya InsyaAllah ya, perkiraan aku dateng ke sananya jam 10 pagi, atau seterusnya, tadi aku juga udah bilang ke mamahku, kalau aku boleh main ke rumah kau, emm, oiya, kamu hari Senin ikut ngak ke museum listrik sama temen-temen?” dan Mita menjawab lagi pertanyaan dari Vina “oo… itu, aku tadi katanya boleh ikut ke sana, eh Vin, kalau kamu ikut ngak dan nanti hari Senin bawa apaan aja dan 1 lagi, kesananya jam berapaan sampe jam berapa lagi pulangnya?” dan Vina menjawab lagi “aku ikut juga ke museum, bawanya, mukena, dan buku tulis aja, tapi kalau mau bawa air minum supaya kaga beli minum lagi, katanya sih, kesananya jam 8 pagi, oiya, nanti bayar uang Rp20.000-, per-orang dan lagi-lagi Mita menjawab “oo.. makasih ya..” dengan sangat singkat Vina menjawab “iya sama-sama” dan terus Mita menjawab “Assalamualaikum” Vina menjawab “Waalaikumsalam

          Hari mulai cerah, matahari berada tepat di tengah-tengah, dan suara azan sholat Zuhur terdengar sampai di telinga, ketika selesai azan, Mita sholat dan berdoa supaya dia selamat, supaya cita-citanya terkabul, supaya dosanya di ampuni oleh Allah, supaya orangtua kita selamat dan do’a lain-lainnya. Lalu, Mita lupa kalau tadi ada PR matematika halaman 28-30, dan sehabis sholat, dia ingat dan langsung mengerjakannya, ketika Mita sedang asyik mengerjakan PR itu tiba-tiba Vara bangun dan nagis cari mamahnya, lalu si Vara berjalan kearah kamar mamahnya, padahal mamahnya sedang tidur, dan papah sedang kerja di kantor, lalu Vara tidur di kamar mamahnya, tadinya dia tidur di kamar Mita, dan Mita terus mengerakan PRnya, karena guru lesnya sekarang tidak masuk karena sekarang bukan hari dia belajar, akhirnya Mita selesai mengerjakan PR matematika itu, dan sekarang jam setengah 2 lewat 6 menit atau 13.36, lalu Mita tidur di kamarnya karena merasa capek setelah satu jam mengerjakan PR tersebut. Ketika Mita bangun ternyata sudah jam setengah 4 sore, dia sholat Ashar dan berdo’a lagi, ketika itu papahnya pulang dan membawa mickroskop untuk Mita dan Vara, Mita ke kamar mamahnya karena ingin memberitau Vara, ketika itu ternyata Vara dan mamah ngak ada di kamarnya, lalu Mita menelephone mamahnya, ketika sesudah elesai, ternyata ketika Mita tidur, mamah dan Vara pergi jalan-jalan.

          Agak lama kemudian hari mulai gelap kembali, hamper malam, sara azan Maghrib terdengar sampai ke telinga semua orang, sesudah azan, Mita berwudhu dan melaksanakan sholat, sesudah sholat, ia berdo’a lagi, setelah itu, ia mengaji sampai 1 A’in aja, sesudah itu, ia membaca buku tentang “Dokter”, ia membaca sampai selesai, waktu yang di pakai buat membaca yaitu 1 jam.

          Hari mulai gelap total, tak ada lagi matahari yang menyinari, hanya ada bulan yang mengganti matahari menyinari, dan ada lagi suara azan Isya, setelah selesai suara azan tersebut, Mita sholat lagi, ia biasanya kalau sholat Isya tidak sehabis azan, ia hari ini ingin langsung tidur pulas, selesai membaca do’a dan sholat Isya, mamah dan Vara datang ke rumah, dan berkata “Assalamualaikum” katanya sambil menuntun Vara, dan Mita menjawab “Waalaikumsalam” katanya sambil bejalan ke arah mamah dan Vara, lalu Mita salim ke mamahnya dan adiknya yaitu Vara, dan Mita kembali lagi ke kamarnya lalu, Mita menonton TV, sebelum acara yang Mita tonton belum selesai, Mita sudah tertidur, untungnya Mita sudah sholat Isya.

          Keesokan harinya, Mita bangun dan sholat shubuh, Vara masih tidur, ia ingat bahwa nanti temannya yang bernama Vina datang ke rumahnya jam 10 pagi, Mita ingin cepat-cepat mandi, Mita takut kalau ketika Vina datang, ia belum mandi, ia takut kalau nanti di sekolahan dia diejek karena sudah jam 10 pagi Mita belum mandi, lalu, Mita mengambil handuk, dan masuk ke kamar mandi untuk mandi pagi. Sesudah mandi, mita memnonton kartun favoritenya yaitu spongebob sekarang sudah jam setengah 7 pagi, dia minum susu, ia tak suka susu yang hangat, dia hanya suka susu yang dingin, terkadang dia juga suka susu yang hangat, ia membuat susu itu ketika acara spongebob sudah iklan. Sesudah selesai menonton spongebob, ia menonton acara kartun lainnya yaitu film penguin of Madagascar, Mita lalu melihat jam, ternyata sekarang sudah jam 8 pagi, ia menonton hingga acaranya selsai, ketika sudah menonton, tiba-tiba Vara bangun, ia ikut nonton bersama kakaknya yang bernama Mita, cita-cita Mita menjadi dokter dan cita-cita Vara belum diketahui, karena Vara masih sangat kecil. Selesai menonton, sekarang sudah jam 9 pagi, Vara mandi sama mamhnya, untungnya Mita sudah mandi dari jam 6 pagi, selesai Vara mandi, ternyata sudah jam setengh 10, Mita berfikir, sepertinya Vina sekarang sedang di jaln, ingin menuju ke sini, akhirnya mamah Mita berkata ke Mita “Mit, kamu mau ikut eskul dokter ngak, les kamis dan jum’at aja, jam setengah 4?”dan Mita menjawab “emmm, boleh” katanya sambil melirik ke atas. Tiba tiba, Vina datang dan mengucapkan kata “Assalamualaikum” katanyasambil melepas sendalnya, dan mamah dan Mita ikut berkata “Waalaikumsalam” dan setelah itu Mita lari ke Vina dan menyuruhnya masuk, akhirnya Vina masuk dan bermain.

          Tak terasa, Mita dan Vina menyadari kalau ternyata sekarang sudah siang, dan ada lagi suara zan itu, lalu mereka sholat, setelah sholat zuhur, mereka bermaina lagi. Setelah selesai bermain, Vina pamit kepada kedua orangtuanya Mita dan Mita juga Vara
Lalu Vina pulang ke rumahnya, dan Mita berkata “dada Vina…, lain kali kesini lagi ya..” katanya sambil melambai dan teriak kearah Vina.

          Keeokan harinya, Mita beangun dan sholat subuh, lalu Mita mandi dan siap-siap berangkat ke museum bersama teman-temannya, sesudah siap, Mita pamit dan berlari ke sekolahan Mita. Sesudah sampai di sana, Mita berbaris bersama temannya, untungnya Mita tidak terlambat, akhirnya Mita memasuki bus yang sudah di sediakan.

          Akhirnya sesudah jalan-jalan, Mita pulang ke rumah Mita dan beristirahat, sekarang suda jam setengah 4, Mita tadi sudah sholat bersama teman-teman Mita, mamah papah pergi lagi, di rumah hanya ada Mita dan adiknya yaitu Vara. Mita dan Vara tidur di kamarnya Mita, kalau Mita sih karena ia capek, bangun-bangun Mita kaget karena sudah jam 5, ketika itu ia bermain ular tangga bersama tetanggnya, yaitu Lola Vara pun ikut bermain ke rumah tetangganya, Vara bermain dengan adiknya Lola yang bernama Lasya, Lasya adalah anak perempuan juga, ia berumur 3 tahun, sama seperti Vara. Tapi, Lola itu beru umur 9 tahun, dan Mita 10 tahun. Setelah bermain, Mita dan adiknya pulang ke rumah, tak lama kemudian papah datang dan mengucapkan “Assalamualaikum” Mita dan Vara menjawab “Waalaikumsalam”, lalu Mita dan Vara salim, papah pun masuk kamar dan beristirahat, dan Varapun ikut papahnya tidur di kamar, dan akhirnya hanya Mita yang tidak tidur, lama-kelamaan sekarang sudah jam lima, papah dan Vara angun, dan mamahpun datang dngan berkata “Assalamualaikum” semua yang ada di rumah kecuali mamah menjawab “Waalaikumsalam”.

          Tak sadar, Matahari mulai terbenam, suara azan terdengar lagi, Mita melaksanakan sholat berjamaah. selesai sholat, Mita pun, membaca buku di kamarnya lagi, seperti biasanya, sekarang ia membaca buku tentang “suster yang merawat Dina”, ia membaca buku itu selama satu jam.

          Ketika selesai membaca, Mita mendengar lagi suara Azan, Mita solat berjamaah lagi, setelah itu, Mita membereskan buku buat besok sekolah, selesai membereskan Mita tidur di kamarnya.

          Keesokan harinya, Mita mendapat pelajaran B. Indonesia, ketika ibu Tina sedang menjelaskan, tiba-tiba tak sadar ibu Tina juga bercerita, dan akhirnya 1 murid mendapat pertanyaan, yaitu “ketika besar, apa cita-cita kalian?” ibu Tina bertanya kepada semua murid di sana, dan ternyata cita-cita Mira ingin menjadi dokter, ketika sholat, Mita berdo’a supaya cita-citanya terkabul, dan teman-teman semuapun begitu.

          Tak terasa, sekrang Mita sudah berumur 20 tahun, dan Mita sudah lupa dengan semua teman yang berada di kelas 5 sd, Mita sekarang sudah menjadi dokter yang baik, ia menjadi specialist anak, Mita sangat senang ketika pertama kali Mita berkerja menjadi dokter. TAMAT